Selamat datang kawan di blogku yang sederhana ini, jangan lupa follow blogku ya biar persaudaraan kita tidak terputus. Terima kasih kawan atas kunjungannya, semoga bermanfaat.

Minggu, 01 Mei 2011

HISTORIOGRAFI ISLAM (Tinjauan Kritis Terhadap “Muqoddimah” Ibnu Khaldun)

Oleh : Agus Jaya

Pendahuluan
Bangsa Arab sebagai sebuah bangsa yang terkenal dengan kemampuan yang luar biasa dalam menggubah sya’ir, dan sya’ir-sya’ir mereka diperlombakan, kemudian pemenang dari perlombaan tersebut akan mendapatkan penghormatan dengan digantungnya karya yang telah dihasilkan pada dinding Ka’bah. Melalui tradisi sastra inilah diketahui beberapa peristiwa-peristiwa besar yang pernah terjadi. dan nilai-nilai yang meyertai peristiwa penting itu juga mereka abadikan melalui kisah, dongeng, nasab, nyanyian, sya’ir dan sebagainya.
Demikian juga dengan para sejarawannya, mereka berusaha merekam setiap peristiwa penting yang terjadi, dan mereka senantiasa eksis dengan masalah-masalah relevan untuk dikaji yang mereka suguhkan. Karena itu mempelajari, menelaah dan merenungkan masalah-masalah yang mereka kemukakan tetap urgen terutama dalam rangka menanggulangi problem nyata yang kita hadapi. Ide-ide para sejarawan dan pemikir muslim, seperti, Ibnu Ishaq, at-Thobari, al Mas’udi, al-Biruni dan Ibnu Khaldun, serta para sejarawan lainnya. Pemikiran mereka dengan konpleksitasnya telah berusia berabad-abad, namun tetap saja eksis untuk dikaji dan diteliti, maka dalam makalah ini, penulis akan fokus membahas historiografi Islam dan Muqoddimah sebagai sebuah buku sejarah monumental yang menjadi bagian dari historiografi Islam itu sendiri yang telah dilahirkan dari seorang sejarawan muslim abad abad pertengahan.

Pengertian Historiografi
Kata ”historiografi”merupakan gabungan dari dua kata, yaitu history yang berarti sejarah dan grafi yang berarti deskripsi/penulisan .
History berasal dari kata benda Yunani ”istoria” yang berarti ilmu. Yang pada perkembangan selanjutnya lebih banyak diguunakan ntuk pemaparan mengenai gejala-gejala, terutamam tentang keadaan manusia, dalam urutan kronologis. Sedang ”History” berarti arti masa ;ampau umat manusia.
Sejarah memiliki dua pengertian, yaitu sebagai kejadian yang terjadi pada masa lampau dan sejarah sebagai ilmu, pada defenisi diatas sejarah hanya dipahami sebagai kejadian yang terjadi pada masa lampau sehingga untuk mewakili pemahaman bahwa sejarah sebagai sebuah disiplim ilmu, Taufik Abdllah meletakkan beberapa batasan tertentu tentang peristiwa masa lampau tersebut, yaitu :
1.pembatasan menyangkut waktu. Konsensus sejarah menetapkan bahwa sejarah bermula ketika bukti-bukti sejarah tertulis telah ditemukan. Sedang sebelum adanya bukti tersebut masuk dalam kategori ”prasejarah”.
2.pembatasan tentang peristiwa. Hanya peristiwa yang menyangkut manusia yang menjadi objek sejarah
3.pembatasan tempat. Agar menjadi ilmu maka tempat kejadian sebuah peristiwa menjadi bagian yang tidak terpisah sehingga bisa menjadi objek penelitian.
4.seleksi. Tidak semua peristiwa yang terjadi pada manusia termasuk dalam kategori sejarah, semua kejadian tersebut bisa dianggap sejarah jika bisa digabung sehingga membentuk bagian-bagian dari suatu proses, atau dinamika yang menjadi perhatian sejarawan.
Dari uraian diatas bisa dipahami bahwa penulisan sejarah adalah usaha merekonstruksi peristiwa yang terjadi dimasa lampau. Dan penulisan tersebut baru bisa dikerjakan setelah melalui penelitian, karena tanpa penelitian terlebih dahulu maka penulisan yang dilaksanakan hanya akan menjadi sebuah catatan tanpa adanya pembuktian.



Historiografi Arab Pra Islam
Orang Arab sebelum Islam dan pada awal kebangkitan Islam tidak menulis sejarah. Ada dua faktor yang menyebabkan mereka tidak menulis sejarah tersebut. pertama, karena mayoritas mereka adalah orang-orang yang buta aksara. Kedua, anggapan mereka bahwa kekuatan mengingat lebih terhormat daripada menulis. Sehingga semua peristiwa hanya diingat dan diceritakan berulang-ulang.
Adapun sejarah Arab pra Islam yang dapat dipercaya adalah peninggalan-peninggalan arkeologis yang masih dapat ditemukan didaerah Yaman, Hadhramaut, sebelah utara Hijaz dan sebelah selatan Syiria.
Untuk mengetahui secara mendalam sejarah perjalanan dan warisan asli penduduk Jazirah Arab pada masa Jahiliyah, maka hanya tradisi lisan yang bisa ditelusuri, karena orang-orang Arab pra Islam telah mengenal tradisi yang menyerupai bentuk sejarah lisan tersebut, baik yang dikenal dengan al Ayyam maupun al Ansab.

Ayyam al Arab
Adapun yang dimaksud dengan ayyam al Arab perang-perang antar kabilah Arab. Dikalangan kabilah Arab Jahiliyah sangat sering terjadi perang antar kabilah baik disebabkan perselisihan untuk memilih pemimpin, perebutan sumber air dan perebutan padang rumput untuk pengembalaan binatang ternak. Ayyam al Arab sendiri secara etimologi memiliki arti hari-hari penting bangsa Arab. Disebut demikian karena peperangan tersebut hanya tejadi disiang hari sementara pada malam harinya mereka berhenti berperang dan beristiharat untuk menanti hari esok dan melanjutkan perang kembali.
Adapun isi dari ayyam al Arab ini adalah perang-perang dan kemenangan-kemenangan, ntuk tjuan membanggakan diri terhadap kabilah-kabilah yang lain. Informasi ini diabadikan dalam bentuk syair mapun prosa-prosa yang diselingi syair-syair. Syair inilah yang kemudian melestariakn perpindahan dan mendiseminasikan berita tersebut. apabila syair itu terlupakan maka riwayat-riwayat kuno juga terlupakan. Hal inilah yang memngkinkan sejarawan masa Islam mengetahui masa tentang Arab. Meskipun demikian tidak seluruhnya menggambarkan kenyataan, berita itu tentu bertolak dari realitas.
Meskipun al Ayyam merupakan karya sastra yang mengandung informasi sejarah namun peristiwa-peristiwa yang direkamnyatidak sistematis, terputus-putua dan setiap informasi yang disampaikannya berdiri sendiri-sendiri dan tidak memperhatikan wakt dan kronologinya serta tidak mempertimbangkan kausalitas sejarah dan teori-teori sejarah tertentu.
Ciri-ciri umum ayyam al Arab
1.perhatian dicuarahkan pada kabilah Arab. Dan kisah peperangan disampaikan secara lisan dalam bentuk prosa yang diselingi syair
2.riwayat atau kisah kabilah diturunkan secara lisan, sehingga menjadi milik bersama kabilah yang bersangkutan
3.tidak teraturnya kronologi dan waktu
4.objectifitasnya diragukan karena mengagungkan satu kabilah dan merendahkan kabilah alin
5.disamping sebagian informasinya tidak faktual, masih tetap bisa ditemukan fakta-fakta yang menunjukan kebenaran sejarah.

Al Ansab
Yang dimaksud dari al Ansab adalah silsilah. Orang-orang Arab sangat menjaga dan memperhatikan silsilah (geneology), ketika itu pengetahuan tentang silsilah merupakan satu cabang pengethauan yang dianggap sangat penting sehingga setiap kabilah menghafal seilsilahnya agar silsilah tersebut teta murni dan menjadi kebanggaan terhadap kabilah lain. Meskipun didalam al Ansab ada petuunjuk sejarah, namun tidak bisa dikatan bahwa ini adalah ekspresi kesadaran bangsa Arab terhadap sejarah, karena :
1.pada masa pra Islam perhatian terhadap silsalah belum mengambil tradisi tulis baru sebatas hafalan.
2.pengetahuan tentang silsilah akan lenyap jika tidak ada yang menghafalnya
3.hafalan mereka tentang nasab-nasab bercampur dengan mitos
4.tradisi ini tidak menyebar pada sejarah ”umum” yang \meliputi setiap kabilah, karena mereka memang belum mengenal tanah air.
Perhatian orang-orang Arab terhadap nasab semakin berlanjut, walaupun Rsulllah saw telah melarang umatnya untuk berbangga-bangga dengan kabilah.

Aliran-aliran Penulisan Sejarah Masa Awal Islam
Menurut Husain Nashshar, penulisan sejarah di awal kebangkitan Islam bisa dibagi menjadi tiga aliran yaitu : aliran Yaman, Aliran Madinah dan aliran Irak.
A.Aliran Yaman
Riwayat-riwayat tentang Yaman di masa silam kebanyakan dalam bentuk hikayat (cerita). Isinya adalah cerita-cerita khayal dan dongeng-dongeng kesukuan. Aliran ini merupakan kelanjutan dari corak sejarah sebelum Islam. Penulis pada aliran ini bisa dijuluki tukang hikayat sementara hasilnya bisa disebut sebagai novel sejarah. Karenanya para sejarawan tidak menilai hikayat-hikayatnya memiliki nilai sejarah.
Diantara penulis yang termasuk pada golongan ini adalah Ka’ab al Akhbar (wafat 32 H), Wahb ibn Munabbih (wafat 114 H) dan Abid Ibn Syariyyah al Jurhumi.

B.Aliran Madinah
Ilmu pengetahuan keagamaan Islam yang pertama kali berkembang adalah ilmu hadits. Karena melalui ilmu hadits inilah kaum muslimin pertama-tama mengetahui hukum-hukum Islam, penafsiran al Qur’an, sunnah Rasulullah, keteladanan Rasulullah, dan lain sebagainya. Perkembangan ilmu hadits ini berlangsung melalui periwayatan. Dari penulisan hadits-hadits nabilah para sejarawan mengembangkan cakupannya sehingga membentuk satu tema sejarah tersendiri, yaitu al maghazy (perang-perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah), dan sirah an Nabawiyah (riwayat hidp nabi Mhammad saw). Aliran yang muncul ini kemudian disebut dengan aliran Madinah, yait alirah sejarah ilmiah yang mendalam yang banyak memfokuskan pada al maghazi dan biografi Rasulullah saw. Dengan penekanan sisi sanad sebagaimana pola ilmu hadits yang berkembang.
Sejalan dengan riwayat perkembangannya, para sejarawan dalam aliran ini terdiri dari para ahli hadits dan hukum fiqih. Perkembangan dan orientasi aliran Madinah ini sangat ditentukan oleh usaha-usaha dari dua ulama dalam bidang ilmu fiqh dan hadits yaitu ; Urwan bin az Zubair dan az Zuhri muridnya. Ditangan az Zuhri aliran Madinah semakin berkembang. Murid-murid az |Zhri seperti Musa ibn Uqbah dan Ibnu Ishaq melanjutkan langkahnya, tetapi sangat disayangkan bahwa Ibnu Ishak banyak mengambil bahan sejarahnya dari isroiliyat sehingga nilai sejarah menjadi merosot kembali.
Sangat jelas bahwa penulisan sejarah bermula dan sangat erat hubungannya dengan ilmu hadits, bahkan dapat dikatan bahwa sejarah merupakan cabang dari ilmu hadits itu sendiri. Langgamnya juga menggunakan langgam hadits. Dimana pemaparan sejarahnya berkaitan tentang keadaan, peristiwa-peristiwa penting sejarah dalam kehidupan Nabi dan kaum muslimin pertama. Dalam hal ini ada gagasan tentang pentingnya pengetahuan tentang sirah an nabawiyah dan pengalaman umat Islam.
Adapun orang yang pertama kali membuat keangka jelas bagi penulisan as sirah adalah al Zuhri. Ia telah menggariskan dengan jelas sehingga para sejarawan yang datang setelahnya tinggal menyempurnakan kerangka tersebut dengan rinci. Dalam penulisannya ini al Zuhri sangat memperhatikan kerangka kronologis sehingga ia menjelaskan semenjak pra kenabian, priode Mekkah dan Madinah, selanjutnya ia juga melengkapi karyanya dengan tahun kejadian sehingga mempermudah ntuk merekonstruksi kembali kerangka karang buku al Zuhri.
Kajian sejarah al Zuhri tidak terbatas pada al Maghazi, akan tetapi juga merambah al Ansab (nasab, garis keturunan). Ia juga menjelaskan tentang peristiwa-peristiwa apda masa khulafa ar rasidin. Dalam kajian-kajiannya, al Zuhri selalu bersikap netral dan obyektif. Meskipun ia telah lama bekerja di Istana Bani Umayyah di Damaskus, akan tetapi pandangan-pandangan sejarahnya tidak terpengaruh oleh perkembangan politk pada masa itu. Ia tetap merupakan seorang cendikiawan yang kritis.

C.Aliran Irak
Aliran ini lahir sesudah dua aliran sebelumnya dengan bahasan yang lebih luas karena mencakup arus sejarah pra Islam dan masa Islam. Dalam karya-karya sejarawan aliran ini, sejarah Irak biasanya diuraikan lebih terperinci dan panjang, sedangkan yang berkenaan dengna kota-kota lain hanya dibahasa sepintas.
Kelahiaran aliran sjarah ini sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek politik, sosial dan budaya Islam yang sedang tmbuh di kota-kota dan komunitas-komunitas baru.
Langkah pertama yang sangat menetukan perkembangan penulisan sejarah di Irak dilakkan oleh bangsa Arab adalah pembukuan tradisi lisan sebagaimana yang dilakukan oleh Ubaidullah ibn Abi Rifa’i.
Karena cakupan informasi dan subyek kajiannya lebih luas daripada dua aliran sebelumnya, aliran Irak ini dapat diaktakan sebagai kebangkitan sebenarnya penulisan sejarah sebagai ilmu.sejarah pada masa ini mulai melepaskan diri dari pengaruh ilmu hadits dan bersamaan dengna itu terlihat adanya uaya meninggalkan pengaruh pra Islam yang mengandung banyak ketidak benaran, sepeti dongeng dan cerita khayal. Aliran ini selanjutnaya melahirkan sejarawan-sejarawan besar dan diikuti oleh hampir seluruh sejarawan yang datang kemudian. Diantara para sejarawan yang berasal dari aliran ini adalah Awanah bin al Hakam (wafat 147 H), Sayf bin Umar al Asadi at Tamimi (wafat 180 H) dan Abu Mikhnaf (wafat 157 H).

Corak Penulisan Sejarah Islam Klasik Dan Pertengahan
Corak penulisan sejarah para sejarawan semenjak masa klasik hingga munculnya sejarawan sejarawan besar dapat dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu :
1.Khabar
Beberapa ciri yang berkenaan dengan riwayat antara lain : pertama, antara satu riwayat dengan riwayat lain tidak ada hubungan. Kedua, riwayat ditulis dalam bentuk cerita dan terkadang dalam bentuk dialog. ketiga, riwayat-riwayat tersebut kadang diselingi dengan syair untuk memperkuat isi khabar tersebut.
Setengah abad setelah wafatnya Rasulullah saw kaum muslimin belum melahirkan tradisi menulis. Pada masa itu riwayat berpindah dari satu orang keorang lain atau dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui tradisi lisan. Pada masa ini para sejarawan tidak lebih dari sekedar menjadi perawi dan menuliskannya dalam tulisan. Riwayat yang berdiri sendiri itulah yang dikenal dalam ilmu sejarah sebagai khabar.
Al Mas’udi memuji at Thobary yang mengkritik metode ini, ia berkata :
Karya sejarah Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir al Thobari, sebuah karya cemerlang melebihi karya-karya sejarah yang lain, telah menghimpun beberapa macam khabar, meliputi berbagai peninggalan, berisi beragam ilmu. Kitab ini adalah sebuah buku yang mempunyai faidah besar dan sangat bermanfaat.

2.Hauliyat (kronologi berdasar tahun)
Priode sebelumnya, para sejarawan muslim menuliskan sejarah dengan acak dan beratur (tidak kronoligis), maka pada perkembangan selanjutnya para sejarawan menggunakan metode penulisan : hauliyat (pelukisan sejarah berdasarkan tahun kejadian). Adapun yang dimaksud dengan metode ini adalah penulisan sejarah yang menggunakan pendekatan tahundemi tahun. Dalam metode ini bermaca macam peristiwa dihimpun sesuai tahun kejadian peristiwa tersebut. apabila peristiwa yang terjadi dalam tahun tersebut telah selesai dipaparkan maka akan beralih ketahu berikutnya.at tobari adalah salah satu tokoh besar dalam kategori ini, oleh banyak pemerhati sejarah ia dipandang sebagai sejawaran muslim pertama yang menghasilkan metode hauliyat, yang terkenal dengan karyanya ”tarikh al umam wa al mulk”.
Walaupn metode penulisan ini telah mengalami kemajuan dari metode sebelunya namun tetap memiliki kelemahan yaitu, terputusnya komunitas sejarah yang panjang dan memiliki hubungan yang berkelanjutna dalam beberapa tahun. Sehingga sejarah tersebut menjadi terpisah-pisah dan sulit untuk diadakan rekonstruksi kembali.

3.Madhuiyat (tematik)
Melihat kesulitan yang dihadapi dalam metode hauliyat maka Ibnu Atsir melontakan kritikan terhadap metode tersebut dan mangajukan corak tematik sebagai alternatif. Walau demikian, ia tidak termasuk sejarawan yang pertama menggunakan metode tematik dalam karyanya, karena sebelumnya telah ada al Ya’qubi (wafat 284 H)

Sejarawan Muslim Era Klasik dan Pertengahan
a.Al Thabari
Nama lengkapnya adalah Abu Ja’far Muhammad Ibn Jarir At Thobari. Kahir di Amul, Tharabaristan tahun 224 H/839 M dan wafat di Baghdad tahun 310 H/923 M.
Ia adalah seorang sejarawan besar, ensiklopedis, ahli tafsir, ahli Qiroat, ahli hadits dan ahli fiqih. Pada usia tujuh tahun ia telah hafal al Qur’an.

Metode Sejarah At Thabari
1.informasi yang disampaikannya senantiasa bersandar pada riwayat.
2.menyebtkan sanad hingga sampai pada tangan pertama
3.sistematika penulisan sejarahnya sesuai kronologisnya (menggunakan metode hauliyat)
4.informasi sejarah yang tidak diketahui tahunnya ditulisnya dengan menggunakan maudhui (tematik)
5.menyajikan teks-teks sastra seperti syair dan pidato

b.Al Mas’udi
Nama lengkapnya adalah Abu Hasan Ali Ibn Husayn Ibn Ali. Ia adalah sejarawan dan ahli geografi, ahli geologi, ahli zoologi, ilmu kalam dan sebagainya.
Dalam penulisan sejarah dimasanya yang mayoritas menggunakan pendekatan tahun, justru al Mas’udi telah menggunakan pendekatan tematik. Tema-temanya bertolak dari :
1.bangsa-bangsa
2.raja-raja
3.dinasti-dinasti.
Dalam pemaparan sejarah ia menyajikannya dengan sangat menarik, diramu dengan peristiwa-peristiwa politik, peperangan dan informasi tentang masyarakat dan adat istiadanya. Disamping pembahasan geografis yang bernilai tinggi. Dalam hal geografis ini banyak sejarawan yang mengikuti langkahnya termasuk Ibnu Khaldun.

c.Al Biruni
Nama lengkapnya adalah Abu Rayhan Muhammad bin Ahmad al Biruni al Khawarizmi. Lahir di Khawarizm, turkmenia pada tahun 363 H dan wafat di Ghazna pada tahun 448 H. Pada masanya ia termasuk ulam besar yang menguasai ilmu-ilmu sejarah, matematika, fisika, ilmu falak, kedokteran, ilmu-ilmu bahasa, geologi, geografi dan filsafat.
Dalam penulisan sejarah , ia memulainya dengan :
1.wawancara terhadap ahlul kitab, penganut sekte-sektenya dan orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang masalah yang diteliti.
2.jawaban dari wawancara yang diadakan dijadikan sebagai dasar pertama
3.hasil wawancara dibandingkan antara satu dengan wawancara yang lain
4.lalu dengan kekuatan rasio maka diadakanlah kritik sehingga dapat diketahui yang mana yang benar dan yang mana yang diragukan kebenarannya.
Cara ini diakui oleh al Biruni adalah jalan yang sulit, apalagi jika yang diteliti berkenaan dengan zaman yang sudah lama berlalu. Ia berkata ”jalan yang saya tempuh dalam penelitian untuk ini bukanlah dekat dari sumbernya, sehingga karena demikian jauh dan sulitnya, bisa jadi tidak mencapai sasaran. Apalagi informasi yang saya terima sdah bercampur dengan kebathilan yang sangat banyak. Namun, sejauh yang dapat dikerjakan adalah menganggap informasi tertentu sebagai informasi yang benar, apabila tidak ada bukti langsung (syawahid) ata tidak langsung (Qorinah) bahwa informasi itu salah.

d.Ibnu Khaldun
Nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman ibn Muhammad ibn Muhammad ibn Abi Bakr Muhammad ibn al-Hasan Ibn Khaldun. Lahir pada 27 Mei 1332 di Tunisia dan meninggal 17 Maret 1406 di Kairo, Mesir.

Kondisi Masyarakat Islam Masa Ibnu Khaldun
Era Ibnu Khaldun hidup dipandang dari segi sejarah Islam adalah era kemunduran dan perpecahan. Beberapa abad sebelumnya semenjak abad ke-8 sampai sekitar abad 12 dan 13, Arab pernah dijuluki ”mukjizat Arab” . Tokoh Ibnu Khaldun digambarkan sebagai tokoh budaya Arab-Islam yang paling kuat dimasa kemundurannya.
Dimasa hidup Ibnu Khaldun, di Afrika Utara bagian Barat tepatnya Maghrib tempat Beliau lahir dan malang melintang dalam bidang politik aktif terdapat tiga buah negara yang selalu berperang antar sesamanya.masing-masing berusaha menghancurkan pihak lain. Ketika itu perpindahan loyalitas dari negara Islam yang satu kepada negara Islam yang lain tidak diangggap sebagai hal yang luar biasa. Hal yang demikian menimbulkan penafsiran pada sebagian pemerhati politik Ibnu Khaldun bahwa ia tidak mengenal loyalitas dan bersifat sangat oportunis.
Sementara itu Di Eropa telah tanpak tanda-tanda perubahan dan kebangkitan, suatu suasana yang bisa langsung dirasakan oleh Ibnu Khaldun sendiri. Abad ke-13 di Eropa didominasi para pemikir konstruktif positif, masa para ahli teologi dan filosof spekulatif.
Saling kritik dalam sebuah masalah menjadi sebuah fenomena baru yang membangun, meskipun demikian mereka tetap menerima prinsip-prinsip metafisis yang mendasar. Mereka juga mempercaya bahwa otak manusia memiliki kemampuan untuk melampaui dunia fenomena ini dan mencapai kebenaran metafisis. Karena itu abad ke-13 itu juga merupakan abad yang sangat menonjol dibidang intelektual, karena di waktu itu disadari adanya sintesa antara rasio dan keyakinan atau antara filsafat dan teologi.
Pada abad ke-14, di Barat terjadi kecendrungan kuat kalangan penguasa sipil untuk menegaskan kemandiriannya dari Gereja. Dari abad inilah dimulainya sejarah timbulnya negara-negara nasional yang kuat yang kemudian menjadi ciri yang sangat penting dari bentuk negara di Eropa setelah masa abad pertengahan. Proses sentralisasi kekuasaan itu dipercepat juga oleh peristiwa pengasingan para Paus yang berasa di Avignon antara tahun 1305-1377.
Jadi, apabila abad ke-13 digambarkan sebagai abad pemikir kreatif dan orisinal, maka abad ke-14 adalah abad timbulnya berbagai mazhab yang saling berbeda pendapat. Sedangkan dipandang dari segi kehidupan universitas, terutama di Paris merupakan abad berkembangnya sains.
Ibnu Khaldun sendiri telah menyadari fenomena ini, dalam al-Muqoddimah, Beliau menulis :
Demikianlah dimasa sekarang ini telah sampai berita-berita kepada kami bahwa ilmu-ilmu filsafat ini telah mengalami kemajuan yang pesat di negeri Franka (Ifranjah), di tanah Roma dan daerah-daerah bagian utara yang berdekatan dengannya. Teori-teoraninya telah diperbaharui kembali, tempat-tempat mempelajarinya banyak sekali, buku-buku serba mencakup dan dan terdapat dalam jumlah yang memadai, sedangkan orang-orang yang mempelajarinya juga sangat banyak jumlahnya. Hanya Tuhanlah yang lebih tahu tentang apa sebenarnya yang sedang terjadi. Ia menciptakan dan memilih apa saja yang dikehendaki-Nya.

Sementara Di Afrika Utara kampung halaman Ibnu Khaldun dibesarkan, terjadi perkembangan politik yang sangat pesat. Ketika itu Imperium al-Muwahhidun baru saja pecah dan berdirilah sejumlah negara-negara kecil, Di Tunis terdapat Emirat Bani Hafs (1228-1574). Di Tlemsen dan Di Barbaria Tengah berdiri Emirat Bani Wad. Di Maroko terdapat kerajaan Bani Marin (1269-1420). Di Mesir Mamluk tengah berkuasa (1250-1517), pada masa itu juga terdapat Imperium Timurlane yang usianya dan masa hidupnya hampir sama dengan Ibnu Khaldun. Mereka sempat bertemu pada tahun 1401 di luar dinding kota Damaskus. Suatu pertemuan yang sangat bersejarah.
Di Iran masa Ibnu Khaldun adalah sama dengan seorang penyair dari Syiraz (1320-1389), demikian juga seorang ahli sejarah yang bernama Nizamuddin Syami, yang pernah menulis tentang sejarah pemerintahan Timurlane pada tahun 1401. selain mereka, Ibnu Khaldun menulis beberapa nama penulis Arab diantaranya : Ibnu Battuta yang tak pernah bertemu (1304-1369), demikian juga seorang ahli Ilmu Bumi, Umary (1349)- Mesir dari Suriah, dan al-Maqrizi mendapatkan kesempatan duduk dalam kelas yang diajar oleh Ibnu Khaldun di al Azahar.
Sebagai perbandingan dengan dunia yang dihadapi Ibnu Khaldun di Afrika Utara dan di Andalusia, di belahan dunia yang lain bisa kita temukan Premiers Valois (1328-1498) di Prancis, dan seorang ahli kebudayaan Jean Froissart.

Riwayat Hidup Ibnu Khaldun

Keluarga Ibn Khaldun merupakan orang berada yang memberikan pendidikan terbaik kepadanya. Ibn Khaldun merupakan salah seorang pakar sejarah Arab teragung, juga dikenali sebagai bapak sejarah kebudayaan dan sains sosial modern. Ibn Khaldun turut mengembangkan falsafah tidak berasaskan keagamaan paling awal, terkandung dalam karyanya Muqaddimah (“Pengenalan”). Ibn Khaldun juga menulis sejarah Muslim di Afrika Utara yang terulung.
Dari riwayat hidup Ibnu Khaldun dalam bukunya Muqoddimah, dapat diketahui bahwa asal usul keluarga Ibnu Khaldun adalah dari Hadramaut, Yaman Selatan. Nenek moyangnya pindah ke Hijaz sebelum datangnya Islam, ada diantara nenek moyangnya yang menjadi sahabat Rasulullah saw yang terkenal bernama Wa’il bin Hujr. Beliau pernah meriwayatkan sejumlah hadits, serta pernah pula dikirim Nabi ke daerah-daerah untuk mengajarkan agama Islam kepada penduduk daerah itu.
Di Andalusia keluarga Khaldun ini memainkan peranan yang sangat menonjol, baik dari segi ilmu pengetahuan maupun dari segi politik. Mula-mula mereka menetap di kota Carmona, dan kemudian pindah kekota Sevilla. Kemudian situasi di Andalusia sudah mulai kacau. Adapun faktor munculnya kekacauan tersebut adalah :
-perpecahan yang terjadi diantara kaum muslimin sendiri
-serangan pihak Kristen dari utara semakin lama semakin meningkat sehingga akhirnya seluruh semenanjung itu jatuh ketangan mereka.
Disaat terjadi gejolak di Sevilla itu, tokoh-tokoh dari keluarga Khaldun juga ikut memainkan peranan aktif. Ketika situasi semakin gawat di Andalusia, kelurga khaldun pindah ke Tunis. Di tempat baru ini, mereka juga memainkan peranan penting, baik di bidang politik maupun di bidang ilmu pengetahuan, kecuali bapaknya Ibnu Khaldun yang memahami demikian berbahanya bergerak dibidang politik sehingga ia memutuskan untuk menjauh dari bidang politik dan lebih fokus di bidang ilmu pengetahuan. Ibnu Khaldun adalah lima orang bersaudara, akan tetapi yang cukup dikenal dalam sejarah hanya dia dan saudaranya yang bernama Yahya.
Dari latar belakang ini dapat disimpulkan bahwa keluarga Ibnu Khaldun banyak bergerak dibidang politik dan ilmu pengetahuan, karenanya adalah hal yang sangat logis jika Ibnu Khaldun mampu menyatukan kedua hal ini dalam dirinya.
Masa hidup Ibnu Khaldun secara garis besar bisa dibagi menjadi tiga tahapan yaitu :
1.masa di Tunis yang merupakan masa pendidikan dan permulaan karir di bidang pemerintahan (1332-1350) pendidikan pertama diperolehnya dari orang tuanya sendiri dan berbentuk suatu pendidikan tradisional. Mata pelajaran yang dipelajarinya adalah Bahasa Arab dan sastra, al-Qur’an dan tafsir, hadits dan ilmu-ilmu hadits, kemudian ia mendapat pelajaran lain seperti logika dan filsafat.
2.masa ketika berada di Fez di Maroko (1351-1382), ditandai oleh keterlibatan Ibnu Khaldun dalam politik praktis. Ketika itu bakat Ibnu Khaldun yang sangat luar biasa telah tampak. Melalui persekongkolannya dengan berbagai tokoh dan kelompok, Ibnu Khaldun berhasil memegang berbagai jabatan yang tinggi tanpa meninggalkan perkembangan ilmu pengetahuan. Keterlibatannya dalam politik praktis menyebabkannya mendekam dalam penjara selama kira-kira dua tahun. Petualangan Ibnu Khaldun di bidang politik ini tidak memberikannya ketenangan dan ketentraman sehinga ia melarikan diri ke Andalusia dan berbakti kepada raja Muhammad yang sedang berkuasa di Andalusia saat itu. Di Andalusia Ibnu Khaldun bertemu Ibnu al Khatib seorang pemikir dan budayawan yang juga menjadi perdana menteri. Ketika berada di Andalusia inilah Ibnu Khaldun mendapatkan tugas untuk mengadakan perundingan dengan Pedro yang kejam, penguasa kristiani yang telah menjadikan Sevilla sebagai ibu kotanya. Keberhasilan Ibnu Khaldun dalam perundingan ini menyebabkan raja semakin percaya dan memberinya kedudukan penting. Keberhasilan yang diraih oleh Ibnu Khaldun ini menimbulkan rasa isi pada sahabatnya Ibnu al Khatib, menyadari gelagat ini Ibnu Khaldun memutuskan kembali ke Afrika Utara. Namun kembali lagi ketika ia berada di Afrika utara ia terlibat kembali dalam politik praktis yang ditandai dengan pertempuran dan persaingan yang tidak habis-habisnya antara berbagai dinasti kecil yang ada. Hal ini membuktikan bahwa Ibnu Khaldun sangat terkenal dan harapkan oleh setiap penguasa untuk senantiasa berada dibarisannya, karena perananya yang demikian besar dalam setiap pertepuran. Menyadari demikian berbahanya politik praktis maka Ibnu Khaldun memutuskan untuk bergerak dibidang ilmu pengetahuan. Karenanya Ibnu Khaldun mengasingkan diri di tengah padang pasir di Qol’at Bani Salamah di daerah Aljazair. Disanalah lahirnya Muqoddimah yang membuat namanya terkenal. Setalah empat tahun terpencil di Qol’at Bani Salamah ia kembali ke Tunis untuk menyempurnakan tulisannya dengan menggunakan fasilitas perpustakaan yang terdapat di Tunis Namun karena adanya dua hal yaitu :
-penguasa di Tunis ingin melibatkannya dalam politik praktis
-para ahli ilmu pengetahuan tidak menerimanya dengan baik bahkan menjadikannya sebagai saingan.
maka Ibnu Khaldun meninggalkan Afrika Utara belahan Barat dan pergi ke Timur dengan alasan menunaikan ibadah haji.
3.Kehidupannya di Mesir hingga wafat (1382-1406), tahap terakhir dalam kehidupannya ini dilaluinya dengan menjadi guru dan hakim. Sesampainya di Mesir, ia sangat cepat menarik perhatian penguasa dan memberikannya kesempatan untuk memberikan perkuliahan diberbagai perguruan tinggi termasuk juga al Azhar, disamping itu ia juga diangkat menjadi mufti mazhab Maliki oleh Sultan Abul Abbas raja Mesir kala itu. Setelah merasa mantap tentram menetap di Mesir iapun membawa keluarganya Ke Mesir setelah mendapat dukungan dari pemerintah Mesir saat itu, ketika kapal yang mereka tumpangi tiba di Iskandariah terjadilah angin topan yang sangat dahsyat hingga menenggelamkan kapal dan seluruh penumpangnya hingga Ibnu Khaldun berkata ”habislah seluruh harta dan keluarga”.

Karya Ibnu Khaldun
Diantara karya monumental Ibnu Khaldun adalah Muqoddimah yang merupakan sebuah pendahuluan dengan konsentrasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat serta aspek-aspek yang akan ditimbulkan sebagai akibat dari kehidupan bermasyarakat baik dari bidang budaya, sejarah negara, pembangunan, ekonomi, ilmu pengetahuan dan tekhnologi. Dengan kandungan yang sangat bervariasi maka buku ini bisa dikategorikan sebagai buku ensiklopedi. Luasnya bidang keilmuan yang dijelajahi Ibnu Khaldun dalam Muqoddimah sehingga menimbulkan perbedaan pendapat tentang kategori buku tersebut pada saat ini. Akan tetapi setelah menelaah secara keseluruhan maka orang akan merasa pasti bahwa buku ini adalah sebuah buku tentang ilmu-ilmu sosial dan merupakan sumbangan yang sangat besar terhadap khazanah ilmu pengetahuan manusia. Buku Muqoddimah adalah sebuah buku yang berdiri sendiri, meskipun pada mulanya merupakan bagian dari sebuah karya yang lebih besar yaitu buku ’Ibar (suri tauladan) yang terdiri dari tiga jilid. Pendahuluan dan jilid pertama dari buku ’Ibar inilah yang kemudian menjadi buku ”Muqaddimah”. Sedang jilid kedua khusus tentang sejarah bangsa Arab serta bangsa-bangsa lain yang semasa dengannya sedang jilid ketiga khusus membahas tentang bagsa Berber yang berada di Afrika Utara.
Faktor yang mendorong Ibnu Khaldun untuk menulis buku al ’Ibar karena persepsinya bahwa sejarah adalah sebuah cabang ilmu pengetahuan yang sangat mulia. Dan Ibnu Khaldn menjadikan kebenaran sebagai tujuan akhir yang ingin dicapainya. Bagi Ibnu Khaldun sejarah dibagi menjadi dua, yaitu :
pertama : lahir, sebagai sejarah yang dipandang luarnya yang tidak lebih dari kisah masa-masa dan bangsa-bangsa lalu yang selalu diagung-agungkan atau dihinadinakan.
kedua : batin, yaitu aspek dalam dan makna dari sebuah sejarah yang menjadi suatu renungan dan penelitian. Memunculkan teori sebab akibat dan latar belakang dari perkembangan yang terjadi.
Pengaruh Ibnu khaldun tidak hanya dalam bidang ilmu sosial tapi juga merambah bidang-bidang lain. Misalnya bahasa, secara ilmiah ungkapan-ungkapan bahasa yang digunakannya belum lumrah bagi masanya. Keistimewaan Ibnu Khaldun dalam mengungkapkan bahasa ini menyebabkan para pakar Khalduni menyebutnya sebagai pakar perintis dibidang Bahasa Arab. Hanya saja karena dimasanya belum dikenal foot note maka terkesan terjadi beberapa pengulangan dalam menyajikan gagasan, seandainya pengulangan tersebut bisa dihindari niscaya buku Muqaddimah tidak setebal saat ini. Walaupun demikian pengulangan yang dikemukakannya tidaklah ”kering” karena pengulangan tersebut selalu dihubungkan dengan hal yang baru dan mengemukakan segi baru yang tidak dikemukakan pada kesempatan sebelumnya. Jika kita telaah muqoddimah, maka bahasa yang digunakan Ibnu Khaldun adalah bahasa komunikasi dalam perkuliahan dan bukan bahasa kitab sehingga sangat mudah untuk dicerna.

Kerangka Penulisan Sejarah ”Muqoddimah” Ibnu Khaldun
Kandungan buku Muqoddimah dari awal sampai akhir tersusun rapih dengan sangat logis. Ibnu Khaldun memulai bukunya dengan satu pendahuluan ringkas tentang sejarah dan tentang penyalah gunaan sejarah dalam masyarakat baik dikalangan masyarakat awam maupun kalangan elit. Menurutnya, sejarah pada hakikatnya adalah suatu ilmu pengetahuan yang sangat mulia dan seharusnya menghantarkan orang menuju kebenaran. Walaupun demikian karena berbagai kekurangan yang terdapat dalam kehidupan manusia, terutama dari aspek kejiwaannya, seperti sikap oportunis terhadap penguasa dan lain sebagainya sejarah telah disalah gunakan sehingga cabang ilmu pengetahuan ini tidak dapat menunaikan tugasnya dengan maksimal sebagai sebuah ilmu pengetahuan yang menghantarkan dan menjelaskan kebenaran.
Salah satu kaidah pokok yang dalam pemikiran Ibnu Khaldun yang mendasari kaidah-kaidah yang ada dalam bukunya, adalah bahwa segala sesuatu yang ada dialam semesta ini selalu bergerak dari keadaan yang sederhana menuju keadaan yang lebih canggih. Demikian juga dengan perkembangan manusia. Karena peradaban manusia senantiasa berkembang dari keadaan yang sangat sederhana menuju keadaan yang lebih maju dan lebih canggih hingga pada akhirnya akan sampai pada titik yang paling maju dan canggih. Karenanya dalam Muqoddimah, Ibnu Khaldun memulai membahas tentang peradaban yang terbelakang. Dalam pendapatnya jenis tersebut terwakili oleh kelompok Badui yang hidup ditengah padang pasir tandus, dari peradaban inilah bergerak melaju hingga masuk pada peradaban sebuah kota metropolitan yang serba maju. Dan dikota yang paling maju inilah akan terdapat peradaban yang paling maju juga.
Dalam bab-bab berikutnya, ia berbicara tentang peradaban yang lebih maju, tentang kota dan permasalahannya, tentang ekonomi dan problemanya, tentang Ilmu Pengetahuan dan tekhnologi serta segala cabang dan permasalahannya. Dalam temanya inilah Ibnu Khaldun menjelaskan tentang konsep kekuasaan dan konsep negara yang merupakan hal sentral dalam pemikirannya.
Bagi Ibnu Khaldun manusia adalah makhluk yang paling mulia dan memiliki peranan terpenting dalam alam semesta karena telah mendapatkan penghargaan langsung dari Tuhan dengan dijadikan khalifah, karena topik pembahasan adalah manusia sebagai pelaku sejarah, maka susunan bab-bab selanjutnya diatur dengan sangat rapih. Manusia dalam perhatiannya tidak saja hanya dipandang sebagai suatu unit dalam alam semesta tapi posisinya sebagai unit terpenting dari segala hal yang ada di alam semesta ini yang unsur-unsur pokoknya terdiri dari tanah, air, udara dan api.
Setelah menjelaskan tentang hal ini, iapun menjelaskan tentang makhluk yang ada di muka bumi seperti benda mati, tumbuh-tumbuhan, binatang, dan manusia sebagai makhluk terlengkap yang dapat disaksikan oleh panca indera. Demikian juga ia menjelaskan tentang makhluk yang tidak dapat dijangkau oleh pancaindera seperti malaikat, kenabian dan kerasualan dan proses tibanya wahyu yang menggunakan sisi alam malaikat.
Dalam kajian Ibnu Khaldun, manusia lebih banyak dipandang sebagai makhluk bermasyarakat dan bukan makhluk individu. Karena masyarakat manusia itu hidup diatas dunia. Seementara dunia ini sendiri dibagi-bagi menjadi beberapa kawasan sesuai iklim dan cuaca. Walaupun demikian, pengetahuan Ibnu Khaldun tentang ilmu bumi yang dicapainya kala itu tidak bisa dibandingkan dengan kemajuan yang telah dicapai saat ini.
Selanjutnya dalam pembahasannya ia menjelaskan jenis perbedaan manusia, baik dari segi warna kulit, bahasa watak dan pembawaan. Perbedaan jenis ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan sehingga ia menjelaskan interaksi manusia dengan lingkungan dalam satu bab khusus.
Pada bab selanjutnya ia menjelaskan kehidupan golongan primitif yang hidup dalam kesederhanaannya. Ibnu Khaldun melihat potensi-potensi positif yang terdapat dalam diri golongan primitif tersebut diantaranya : kemurnian keturunan, sifat kebaikan yang murni, keberanian dalam menghadapi bahaya, percaya diri dan solidaritas yang tinggi.
Pada bab selanjutnya Ibnu Khaldun menjelaskan manusia sebagai makhluk berkuasa. Dalam pandangan Ibnu Khaldun, kehidupan berpolitik dan bernegara hanya milik manusia semata. Sehingga dengan panjang lebar ia menjelaskan tentang kehidupan bernegara dan perkembangannya. Dari awal sebuah Ashobiyah (solidaritas) tumbuh menjadi penggerak sehingga melahirkan gerakan untuk menciptakan sebuah negara hingga pada saat negara telah kokoh dan mantap Ashobiyah (solidaritas) tidak dubutuhkan lagi. Demikian juga sebuah negara yang berasal dari negara kecil akan berkembang menjadi negara yang sangat besar dan mencapai kejayaannya lalu kemudian akan memudar yang hancur. Hal ini sejalan dengna sunnatullah bahwa tidak ada yang kekal dimuka bumi ini kecuali Allah swt.
Di dalam karya sejarahnya ini, Ibnu Khaldun tidak menggunakan ungkapan filsafat sejarah sebagai sebutan kajiannya, tetapi menyebtnya dengan nama al Umran al basyary yang secara harfiah berarti masyarakat manusia. Namun menurut Zaynab al Khdhary, banyak para peneliti yang berpendapat bahwa yang dimaksud Ibnu Khaldun dengan al Umran al basyary adalah kebudayaan.


Metode Sejarah Ibnu Khaldun
Ada beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh seorang sejarawan dan sebab-sebab kesalahan dalam penulisan sejarah.

A. Syarat-Syarat Yang Harus Dipenuhi Oleh Seorang Sejarawan
1. memiliki pengetahuan tentang prinsip-prinsip politik, watak segala yang ada, perbedaan bangsa-bangsa, tempat-tempat dan priode-priode dalam hubungannya dengan sistem kehidupan, nilai-nilai akhlak, kebiasaan, sekte-sekte, mazhab-mazhab, dan segala ihwal lainnya. Selanjutnya iapun perlu memiliki pengetahuan tentang situasi-situasi dan kondisi mendatang dalam semua aspeknya.
2. harus mampu mmbandingkan kesamaan dan perbedaan kini dengan masa lalu.
3. harus mampu mengetahui keadaan dan sejarah orangorang yang mendukung suatu peristiwa.

B. Sebab-Sebab Kesalahan Dalam Penulisan Sejarah
1. keberpihakan terhadap suatu pihak atau kepercayaan
2. terlalu percaya kepada penutur tanpa dilakukan ta’dil dan tarjih
3. tidak sanggup memahami hakikat dari sebuah peristiwa (maksud sebenarnya dari sebuah informasi)
4. memutlakkan sebuah kebenaran
5. tidak mampu menempatkan sebuah peristiwa dalam hubungannya dengan peristiwa-perostiwa yang sebenarnya
6. adanya latar belakang kepentingan
7. tidak memahami hukum-hukum, watak dan perubahan masyarakat
8. kesalahan dalam memahami sebuah berita/informasi
9. Menganalogikan secara mutlak masa lalu dengan masa kini.


Penutup
Buku Muqoddimah merupakan sebuah buku yang membicarakan sejarah dan interaksi sosial baik secara individu maupun dalam ruang lingkup yang lebih besar yang berbentuk negara. Kandungan buku ini sangat perlu untuk ditelaah dan dikaji lanjut sehingga bisa memberikan inspirasi dan mampu ditarik sebuah manfaat untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi manusia era globalisasi saat ini.