Selamat datang kawan di blogku yang sederhana ini, jangan lupa follow blogku ya biar persaudaraan kita tidak terputus. Terima kasih kawan atas kunjungannya, semoga bermanfaat.

Sabtu, 19 Desember 2009

etika ilmu


Etika Ilmu
Etika secara umum dapat diartikan sebagai theories, or philosophical study of human moral values and conducts. Atau teori-teori atau studi filosofis tentang prilaku moral manusia. Etika mencakup persoalan-persoalan tentang hakikat kewajiban moral, prinsip-prinsip moral dasar apa yang harus manusia ikuti dan apa yang baik bagi manusia.
Dalam etika, yang lebih ditekankan adalah persoalan nilai baik dan buruknya suatu tindakan manusia, bukan suatu kebenaran perbuatan manusia, kata baik tersebut memiliki konotasi apakah perbuatan seseorang itu mempunyai nilai kebaikan bagi orang lain, atau tidak merugikan bagi eksistensi orang lain, tetapi sebaiknya memberikan manfaat pada mereka.
Pada abad modern di Eropa muncul slogan “scienc for science”, ilmu untuk ilmu sebagai sikap perlawanan terhadap abad pertengahan yang dipandang sebagai penghambat kebebasan pengembangan ilmu. Slogan ini jelas bahwa tujuan pengembangan ilmu adalah untuk imlu itu sendiri, bukan untuk kepentingan nilai tertentu.
Pandangan Bebas Nilai dalam Ilmu
Pandangan ilmu bebasa nilai mengatakan bahwa ilmu dan juga teknologi yang dihasilkan adalah otonom. Bebas nilai artinya semua kegiatan yang terkait dengan penyelidikan ilmuah harus disandarkan pada hakikat ilmu itu sendiri. Ada tiga faktor sebagai indikator bahwa ilmu itu bebas nilai:
a) Ilmu harus bebas dari pengadaian-pengadaian nilai. Artinya ilmu harus bebas dari pengaruh eksternal seperti faktor politik, ideologis, religius, kultural, dan sosial.
b) Diperlukan adanya kebebasan usaha ilmiah agar otonomi ilmu terjamin. Kebebasan di sini menyangkut kemungkinan yang tersedia dan penemuan diri.
c) Penelitian ilmiah tidak luput dari pertimbangan etis yang sering dituding menghambat kemajuan ilmu, karena nilai etis itu sendiri bersifat universal.
Paradigma Tidak bebas Nilai dalam Ilmu
Berbeda dengan ilmu yang bebas nilai, ilmu yang tidak bebas nilai memandang bahwa ilmu selalu terkait dengan nilai dan harus dikembangkan dengan mempertimbangkan aspek nilai. Pengembangan ilmu tentu tidak bisa lepas dari nilai-nilai, kepentingan-kepentingan baik politis, ekonomis, sosial, religius, ekologis, dan lain sebagainya.
Jurgen Habermas berpandangan bahwa ilmu, bahkan ilmu alam sekalipun tidak mungkin bebas nilai, karena pengembangan setiap ilmu selalu ada kepentingan-kepentingan. Dia membedakan tiga macam ilmu dengan kepentingan-kepentingannya, yaitu, pertama, ilmu-ilmu alam yang bekerja secara empiris analisis. Ilmu ini menyelidiki gejala-gejala alam secara empiris dan menyajikan hasilnya untuk kepentingan manusia. Pengetahuan teknis ini melahirkan teknologi sebagai upaya manusia mengelola dunia atau alamnya. Kedua, pengetahuan yang mempunyai pola yang sangat berlainan, karena tidak menyelidiki sesuatu dan tidak menghasilkan sesuatu, melainkan memahami manusia sebagai sesama dan mempelancar hubungan sosial. Aspek kemasyarakatan yang diperbincangkan di sini ialah hubungan sosial atau interaksi. Sedangkan kepentingan yang dikejar oleh pengetahuan ini ialah pemahaman makna. Ketiga, pengetahuan teori kritis, yang membongkar penindasan dan mendewasakan manusai pada otonomi dirinya sendiri. Sadar diri amat penting di sini. Aspek sosial yang mendasarinya ialah dominasi kekuasaan atau kepentingan yang dikejar adalah pembahasan manusia.
Problem ilmu bebas nilai atau tidak sebenarnya menunjukan suatu hubungan antara ilmu dan etika. Paling tidak ada tiga beantuk hubungan antara ilmu dan etika, Pertama, ilmu merupakan sebuah sistem yang saling berhubungan dan konsisten dari ungkapan-ungkapan yang bersifat bermakna atau tidak bermakna dapat ditentukan. Ilmu dipandang sebagai semata-mata aktivitas ilmiah, logis, dan berbicara fakta. Kedua, menyatakan bahwa etika memang dapat berperan dalam tingkah laku ilmuwan seperti pada bidang penyelidikan, putusan-putusan, mengenai baik tidaknya penyingkapan hasil-hasil, dan petunjunk mengenai penerapan ilmu, tetapi tidak dapat berpengaruh pada ilmu itu sendiri. Ketiga,bahwa aktifitas ilmiah tidak dapat dilepaskan begitu saja dari aspek-aspek kemanusiaan, sebab tujuan utama ilmu adalah untuk kesejahteraan manusia. Ilmu hanya instrument bagi manuaia untuk mencapai tujuan manusia yang lebih baik hakiki, yakni kebahagiaan umat manusia.
ISLAM, SAINS DAN TEKNOLOGI
Sains dan teknologi, merupakan dorongan-dorongan terpadu seluruh umat manusia. Adalah keagunagn Islam bahwa Al-Qur’an, dengan perintah yang diulang berkali-kali, mengandung suruhan untuk bertafakur dan bertasykir (mengejar saint dan teknologi) sebagai kewajiban atas masyarakat Muslim.
Ada lima pendekatan dalam membicarakan hubungan Islam, sains, dan teknologi:
1. Menunjukan bagaimana Islam mendorong, membangkitkan, merangsang, dan mengilhami penemuan sains dan teknologi.
2. Mengulas sumbangan umat Islam bagi perkembangan sains san teknologi.
3. Membahas secara falsafi nisbah Islam, sains dan teknologi.
4. Menentukan apakah ada sains yang Islami? Bagaimana bentuk saint dan teknologi yang Islami?
5. Menggambarkan bagaimana perkembangan sains dan teknologi dewasa ini.
ETIKA ISLAM
Banyak aliran etika, dan kita harus menetapkan pilihan. Etika mesti merupakan sesuatu yang mutlak, supaya tidak membingungkan. Sebagai orang Islam, tentu kita menjatuhkan pilihan kepada etika Islam. Hal ini bukan karena konsekuensi iman saja, tetapi juga karena etika Islam sanggup menjawab tantangan kehidupan modern. Etika Islam bukan sekedar teori, tetapi juga pernah dipraktekkan oleh sejumlah manusia dalam suatu zaman, sehingga mereka muncul sebagai penyelamat dunia dan pelopor peradaban. Etika Islam, berbeda dengan etika lain, mempunyai sosok dalam diri Muhammad s.a.w. Muhammad s.a.w. telah menjadi contoh indah dari etika Islam. Etika Islam juga bersumber pada Al-Qur’an, wahyu Allah yang tidak diragukan keaslian dan kebenarannya, dengan Nabi Muhammad s.a.w. sebagai the living Qur’an.

Tidak ada komentar: