Selamat datang kawan di blogku yang sederhana ini, jangan lupa follow blogku ya biar persaudaraan kita tidak terputus. Terima kasih kawan atas kunjungannya, semoga bermanfaat.

Sabtu, 05 Februari 2011

Dinasti Fatimiyah

Dinasti Fatimiyah mencapai puncak kejayaannya pada periode Mesir, terutama pada masa kepemimpinan al-Mu’iz, al-Aziz dan al-Hakim. Puncaknya adalah pada masa al-Aziz. Sumbangan dinasti Fatmiyah terhadap peradaban Islam sangat besar, baik dalam sistem pemerintahan, kebudayaan, politik maupun dalam bidang ilmu pengetahuan mencapai kemajuan. Kemajuan tersebut terlihat dari berbagai bidang diantaranya:
a. Bidang Pemerintahan
Sistem pemerntahan dinasti Fatimiyah bernadakan teokrasi karena menurut anggapan mereka, jabatan khalifah ini ditentukan oleh wasiat (nash) seperti yang mereka yakini ketika Nabi Muhammad mewasistkan kepemimpinan kepada Ali di Gadh Khummah. Sistem pengangkatan kepala negara adalah sistem penunjukan, dalam pelaksanaannya khalifah adalah kepala yang bersifat temporal dan spiritual dimana pengangkatan dan pemecatan pejabat tinggi di bawah kontrol khalifah.
Pengelolaan negara yang dilakukan dinasti Fatimiyah adalah dengan cara mengangkat para menteri dan kementerian tersebut terbagi menjadi dua kelompok: Pertama, para ahli pedang yang menduduki urusan militer dan keamanan serta pengawal pribadi sang khalifah. Kedua, para ahli pena yang menduduki beberapa jabatan kementerian sebagai berikut: (1) Hakim, (2) pejabat pendidikan sekaligus sebagai pengelola lembaga ilmu pengetahuan atau Dar Al-Hikmah, (3) inspektur pasar yang sekaligus menertibkan jalan dan pasar, (4) pejabat keuangan yang menangani segala urusan keuangan negara, (5) regu pembantu istana, (6) petugas pembaca Al-Qu’an. Tingkat terendah kelompok ahli pena terdiri atas kelompok pegawai negeri, yaitu petugas penjaga dan juru tulis dalam berbagai departemen. Selain pejabat pusat, disetiap daerah tedapat pejabat setingkat gubernur yang diangkat oleh khalifah untuk mengelola daerahnya.
Dalam sistem politik pemerintahan, dinasti Fatimiyah memiliki dua opsi, yaitu politik dalam negeri dan luar negeri. Politk dalam negeri memiliki satu tujuan yaitu berusaha mengajak masyarakat untuk memeluk mazhab Syi’ah Ismailiyah dan menjadikan mazhab ini sebagai mazhab yang utama di negara Mesir. Kemudian dalam politik luar negeri dinasti ini memberikan nuansa kekhawatiran terhadap dinasti Abbasiyah. Kebijakan-kebijakan politik yang dikeluarkan oleh para khalifah dinasti Fatimiyah di antaranya: (1) pemindahan pusat pemerintahan dari Qairawan (Tunisia) ke Kairo (Mesir) adalah merupakan langkah strategis. Mesir akan dijadikan sebagai pusat koordinasi dengan berbagai negara ysng tunduk padanya, karena lebih dekat dengan dunia Islam bagia timur, sedangkan Qairawan jauh disebelah utara Benua Afrika, (2) perluasan wilayah, pada masa khalifah al-Aziz telah menguasai daerah yang meliputi negeri Arab sebelah timur sampai Laut Atlantik sebelah barat dan Asia Kecil sebelah utara sampai Naubah sebelah selatan. (3) pembentukan wazir Tanfiz yang betanggung jawab mengenai pembagian kekeuasaan pusat dan daerah.
Dalam bidang kemiliteran terdapat tiga jabatan pokok, yaitu: (1) amir yang terdiri dari pejabat-pejabat tinggi militer dan pegawai khalifah, (2) petugas keamanan, dan (3) berbagai resimen. Pusat-pusat armada laut dibangun di Alexandria, Damika, Ascaton dan di berbagai pelabuahan Syiria. Masing-masing dikepali seorang admiral tinggi.

b. Bidang Agama
Kemajuan dinasti Fatimiyah bukan hanya terlihat dari segi pemerintahan akan tetapi dalam bidang agama yaitu penyebaran faham Syi’ah, dengan demikian segenap pengetahuan negeri tersebut tentang Islam berdasarkan pemikiran Syi’ah yang pokok ajaran terpentingnya adalah Ali diwasiatkan menjadi khalifah dan jabatan khalifah itu dikhususkan kepada anak-anaknya dari istrinya Fatimah.
Pada masa pemerintahan al-Mu’iz di Mesir berkembang empat mazhab fiqih yaitu Maliki, Hanafi, Sya’fi’i dan Hanbali, sedangkan Mu’iz sendiri menganut faham Syi’ah, dengan demikian al-Mu’iz mengayomi dua kenyataan tersebut dengan mengangkat hakim dari kalangan Sunni dan hakim dari kalangan Syi’ah akan tetapi jabatan terpenting diserahkan kepada ulama Syi’ah dan Sunni hanya menduduki jabatan rendahan. Selain itu di Masir diadakan empat lembaga peradilan yaitu dua untuk mazhab Syi’ah dan dua untuk mazhab Sunni. Disisi lain al-Muiz membangun toleransi beragama sehingga pemeluk agama lain, seperti Kristen diperlaukan dengan baik dan diantara mereka diangkat menjadi pejabat istana.

c. Bidang Ilmu Pengetahuan
Perkembangan ilmu pengetauhan pada masa dinasti Fatimiyah mencapai kondisi yang sangat mengagumkan, hal ini disebabkan dengan berkembangnya penterjemahan dan penerbitan sumber-sumber pengetahuan dari bahasa asing, seperti bahasa Yunani, Persia dan India kedalam bahasa Arab yang mendorong para wazir, sultan dan umara untuk melahirkan tokoh-tokoh ilmu pengetahuan dan sastra. Di antara tempat berkembagnya ilmu pengetahuan pada masa dinasti Fatimiyah adalah dengan berdirinya mesjid-mesjid dan istana yang kemudian dijadikan sebagai tempat basis ilmu pengetahuan. Pada masa dinasti ini masjid menjadi tempat berkumpulnya ulama fiqih khususnya ulama yang menganut mazhab Syi’ah Ismailiyah juga para wazir dan hakim, mereka berkumpul membuat buku tentang mazhab Syi’ah yang akan diajarkan kepada masyarakat, diantara tokoh yang membuat buku itu adalah Ya’kub ibn Killis, dan fungsi dari perkumpulan tersebut untuk memutuskan perkara yang timbul dalam proses pembelajaran mazhab Syi’ah.
Di antara para khalifah dinasti Fatimiyah adalah tokoh pendidikan dan orang yang berperadaban tinggi. Al-Aziz termasuk di antara khalifah yang mahir dalam bidang syair dan mencintai kegiatan pengajaran. Ia telah mengubah mesjid agung Al-Azhar menjadi sebuah lembaga pendidikan tinggi.
Khalifah al-Hakim mendirikan sebuah akademik yang sejajar dengan lembaga-lembaga ilmu pengetahuan di Cordova, Baghdad dan lain-lain. Pada tahun 1005 M, akademik ini diberikan nama Dar Al-Hikmah. Khalifah juga mengeluarkan banyak biaya untuk memelihara akademi ini dan pengembangannya termasuk menyediakan buku-buku katalog. Dar Al-Hikmah menyatu dengan rumahnya sendiri merangkap perpustakaan dan aula. Selain ilmu-ilmu keislaman, juga diajarkan ilmu astronomi, astrologi, kedokteran, kedokteran mata, kimia, filsafat, dan sebagainya. Mendirikan observatorium di bukit al-Mukattam. Dia sendiri adalah seorang ahli astronomi terkemuka dan di istananya berkumpul ilmuan-ilmuan terkenal pada masa itu seperti Ali ibn Yunus ahli astronomi, yang memperbaharui kalender, Abu Al-Hasan ibn Al-Hasim ahli kedokteran, matematika, ilmu nuzum, filsafat, dan kedokteran yang diperkirakan menulis 100 buah buku. Di antara karyanya yang paling terkenal adalah kitab al-Manazir, buku kedokteran tentang mata. Ammr ibn Alimenulis buku tentang kedokteran mata yang berjudul al-Muntakhafi ‘lilaj an-‘Ain.

d. Bidang Sosial dan Ekonomi
Mayoritas khalifah Fatimiyah bersikap moderat dan penuh perhatian kepada urusan agama nonmuslim. Selama masa ini pemeluk Kristen Mesir diperlakukan secara bijaksana, hanya khalifah al-Hakim yang bersikap agak keras terhadap mereka. Kemudian oang Sunni pun menikmati kebebasan beragama, banyak da’i-da’i Sunni yang belajar di Al-Azhar walaupun dalam masa pemerintahannya bersungguh-sungguh mensyi’ahkan orang Mesir akan tetapi mereka tidak melakukan pemaksaan kepada orang Sunni untuk mengikuti aliran Syi’ah. Itulah salah satu bentuk kebijakan pemerintahan yang dilakukan dinasti Fatimiyah yang pengaruhnya sangat besar terhadap kemakmuran dan kehidupan sosial yang aman dan tentram. Kemudian perhatian terhadap kesejahteraan masyarakat sangat tinggi terbukti dengan dibangunnya perguruan tinggi, rumah sakit, pemandian dan pasar-pasar.
Di bidang ekonomi, Mesir mengalami kemakmuran yang mengungguli daerah-daerah lainnya dan hubungan dagang dengan non muslim di bina dengan baik, serta di masa ini pula banyak dihasilkan produk Islam yang terbaik. Ekonomi mereka didukung oleh pertanian dan perindustrian. Pada saat itu negara-negara Timur Tengah terutama Mesir menjadi jembatan antara Eropa dan Asia Timur karena hubungan langsung dari Eropa ke Asia Tmur belum memungkinkan. Prinsip-prinsip perdagangan secara bebas dan terbuka. Para pedagang hanya diminta pajak impor-ekspor (ushur). Perkembangan kota didukung oleh hasil-hasil pertanian seperti gandum, bahan-bahan kertas dari papirus, kapas sebagai bahan tenun pakaian ikut membantu. Dinasti Fatimiyah berusaha melakukan pembangunan negaranya dalam menciptakan kemakmuran seperti menciptakan terusan-terusan dan jembatan sebagai lintas hasil pertanian untuk meningkatkan pendapatan negara melalui kharaj.
Pada masa pemerintahan dinsti Fatimiyah mengeluarkan peraturan baru tentang perindustrian. Aturan ini dibuat untuk melindungi para industriawan dari hidup bermewah-mewah yang pada saat itu merta, seperti terjadi di kota Kairo dan Fustat. Kairo pada saat itu menjadi pusat perindustrian tenun. Kota Qabs terkenal dengan perindustrian bulu, seperti di desa Toha terkenal dengan kain bulunya yang sangat baik dan di ekspor ke Persia. Kemudian Fustat sebagai penghubung perdagangan emas dan budak-budak dari Sudan ke Eropa dan Asia. Selain dari hasil-hasil pertanian pendapatan negara juga banyak diperoleh dari perdagangan dan bea cukai.

e. Bidang Arsitektur dan Seni
Bidang arsitektur juga berkembang pada masa dinasti Fatimiyah. Salah satu bukti paling kuat adalah berdirinya masjid Al-Azhar yang dibangun pada masa al-Mu’iz. Gaya arsitektur masjid ini menyerupai gaya masjid Ibnu Tulun di Mesir dan terdapat juga pengaruh dari gaya Persia. Menaranya berbentuk bulat yang kemudian diperbaharui dan diperindah pada masa ini dengan gaya yang mengingatkan bahwa para ahli pembuat bangunan itu berasal dari Irak Utara. Kemudian pada masa al-Aziz mesjid Al-Azhar mengalami perubahan dasar . Keistimewaan mesjid ini, ia dimulai sebagai masjid dan berkembang menjadi sebuah Universitas. Semula perguruan tinggi Al-Azhar di maksudkan untuk menyebarluaskan doktrin Syi’ah, namun kemudian oleh Salahuddin al-Ayyubi diubah menjadi pusat pendidikan Sunni sampai sekarang. Masjid tua selanjutnya adalah masjid al-Hakim yang dibangun oleh ayahnya pada tahun 990 M dan selesai sekitar tahun 1012 M. Masjid ini mengikuti rancangan yang sama dengan masjid Al-Azhar, dan mempunyai kopula dari tembok yang menyokong sebuah tambur besar berbentuk segi delapan di atas ruangan salat. Pada tahun 1125 M di bangun masjid al-Aqmar. Di masjid al-Aqmar kita dapat melihat beberapa figur awal, yang kelak menjadi cir khas arsitektur Islam yaitu ceruk (muqarnas) stalaktit. Tiang masjid ini dan tiang masjid al-Shalih ibn Ruzzak menampilkan disain kaligrafi bergaya Kufi yang kubus dan tegas kelak memperbarui perkembangan dinasti Fatimiyah. Pada tahun 1125 M dibangun masjid al-Aqsa dan pada tahun 1160 M masjid Salih ibn Ruski dibangun dengan dekorasi gaya kufi.
Pintu-pintu gerbang besar yang mempertontonkan kemegahan gedung-gedung periode Fatimiyah yang masih bertahan hingga kini ada tiga, yaitu: bab zawilah, bab an-Nashr dan bab al-Futuh. Pintu-pintu gerbang yang sangat besar di Kairo, yang dibangun oleh arsitek-arsitek Edessa, dengan rancangan ala Bizantium termasuk diantara sebagian jejak kejayaan Fatimiyah di Mesir yang bertahan hingga kini. Selain itu, di Mesir juga dibangun bangunan megah seperti the Golden Palace, the Pear Pavillion, dan masjid Karafa.
Seni keramik pada masa Fatimiyah mengikuti pola-pola Iran seperti halnya bidang-bidang seni yang lain. Pola-pola ala Iran itu banyak digunakan dalam produk tekstil dengan motif binatang. Seni penjilidan buku di dunia Islam yang paling pertama dikenal datang dari Mesir sekitar abad kedelapan atau kesembilan. Tekhnik dan dekorasi yang mereka miliki bersanding indah dengan daya tarik seni penjilidan Koptik yang lebih duldu muncul, dan yang nyata-nyata menjadi patokan keahlian menjilid. Setelah mazhab Mesir dalam seni penjilidan berkembang, tekhnik menghiasi sampul buku dengan alat dan stempel menjadi tekhnik yang banyak dipakai oleh para perajin yang menggunakan kulit.
DAFTAR PUSTAKA

- Amin, Samsul Munir. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Amzah.2009.
- Hitti, Philip K. History of the Arabs. New York: Macmillan, 2002.
- Karim, M. Abdul. Sejarah Pemikiran dan Peradaman Islam. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher, 2007.
- Sunanto, Musyarifah. Sejarah Islam Kelasik. Jakarta: Kencana, 2004.
- Yatim, Badri. Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Rajawali Pers, 2008.
http://zullihi.blogspot.com/2010/01/dinasti-Fatmiyah.html.
http://abumuslimalbugisy.blogspot.com/2009/06/khalifah-fatimiyah-di-mesir-pembentukan.html.

Tidak ada komentar: