Selamat datang kawan di blogku yang sederhana ini, jangan lupa follow blogku ya biar persaudaraan kita tidak terputus. Terima kasih kawan atas kunjungannya, semoga bermanfaat.

Kamis, 03 Februari 2011

WACANA MODERNISME DAN REFORMISME ISLAM DI INDONESIA

WACANA MODERNISME DAN REFORMISME ISLAM DI INDONESIA
Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok
Mata Kuliah : Sejarah Sosial Indonesia
Dosen Pengampu : Himayatul Ittihadiah, M.Hum

Disusun Oleh:
Syamsul Rahmi (08120023)
Moh. Hamli (08120020)
SKI A / V
PROGRAM STUDI SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2010
BAB I
PENDAHULUAN

Gerakan modernisme Islam pada abad ke-19 dipelopori oleh Sayyid Jamaluddin al-Afghani. Meskipun lahir di Afghanistan, usianya dihabiskan di berbagai bagian Dunia Islam: India, Mesir, Iran, dan Turki. Dia mengembara ke Eropa, dari Saint Petersburg sampai Paris dan London. Di mana pun dia tinggal dan ke mana pun dia pergi, Jamaluddin senantiasa mengumandangkan ide-ide pembaharuan dan modernisasi Islam.
Dalam perkembangannya, kemudian gerakan modernisme Islam itu sampai di Indonesia. Adalah Suku Minangkabau yang telah mengenal ide pembaharuan Islam sejak masa Perang Paderi dan mereka terbiasa mengadakan kontak dengan dunia luar dan terbuka kepada ide-ide baru.
Pada akhir abad ke-19, seorang putra Minangkabau menjadi imam Masjid al-Haram di Makkah, yaitu Syaikh Ahmad Khatib. Dia banyak mempunyai murid yang datang dari tanah air, antara lain Ahmad Dahlan (1868–1923) yang kelak mendirikan Muhammadiyah serta Hasyim Asy`ari (1871–1947) yang kelak mendirikan Nahdlatul-`Ulama’.











BAB II
PEMBAHASAN


A. Perbedaan Modernisme dan Reformisme Islam

Modernisme Islam ini merupakan satu faham yang berpegang teguh dengan mengakui bahwa Al-Quran sebagai kitab suci yang boleh dipraktikkan di zaman moderen ini. Al-Quran diangkat sebagai mempunyai kelebihan daripada tulisan-tulisan ciptaan manusia manapun. Rasionalisme dalam Modernisme Islam tidak menukar ajaran-ajaran asas yang kukuh dalam agama Islam. Sebaliknya, prinsip-prinsip ketuhanan serta kepentingan hidup yang tertera dalam kitab Al-Quran menjadi pedoman kepada orang Islam untuk kepentingan hidup di dunia moderen. Faham ini telah membedakan antara konsep Modernisme Islam dengan konsep Modernisme Barat yang menolak konsep Ilahiah dalam Kitab Suci mereka. Menyingkap sejarah modernisme Islam di Indonesia pada awal abad ke-20an, modernisme terpusat pada persoalan-persoalan praktik dan masalah ajaran. Menurut Greg Barton:
“Bahkan sebaliknya, Modernisme Islam berpegang teguh untuk mengakui otoritas al-Quran dan memperjuangkan kelebihannya dari tulisan-tulisan ciptaan manusia yang manapun.”
Modernisme Islam berbeda dalam beberapa hal dari reformisme Islam. Reformisme Islam merupakan proyek historis ulama yang dimulai pada abad ke-17 dalam usaha untuk menata kembali umat Muslim dan memperbarui perilaku individu. Proyek historis ini didasarkan pada gagasan pemurnian kepercayaan dan praktik Islam dengan kembali kepada sumber yang autentik, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah, serta memiliki kecenderungan kuat untuk menolak kebudayaan Barat. Disisi lain, modernisme Islam merupakan proyek dari generasi Islam baru yang terpengaruh Barat untuk menyesuaikan diri dengan peradaban modern, tetapi dengan tetap mempertahankan kesetiaan terhadap kebudayaan Islam. Dengan kata lain, modernisme Islam merupakan sebuah titik tengah antara “Islamisme” dan “Sekularisme”, yang mungkin saja akan bergerak kembali kearah Islamisme atau bergerak kearah Sekularisme seperti halnya yang terjadi di Turki, atau tetap berada dalam posisi moderat diantara kedua titik ekstren itu.
Ciri utama dari reformisme Islam sendiri ialah semangat puritanisme, yaitu penekanan kepada ajaran Islam yang murni. Ada semacam persamaan dengan aliran tradisionalisme yang menekankan ortodoksi atau keaslian ajaran Islam. Bertolak dari semangat puritanisme, aliran reformisme sangat menekankan ishlah dan tajdid .

B. Penyebab Terjadinya Modernisme
Pertama, gerakan modernisme Islam lahir dalam konteks keterpurukan, ketertinggalan, dan sikap inferioritas kaum muslim di berbagai belahan dunia dalam menghadapi cengkeraman kolonialis-imperialisme Barat abad ke-20. Saat ini, negara Islam yang dulunya terjajah telah merdeka dan mulai bangkit dari keterpurukan. Bahkan, di beberapa negara, peradaban Islam semakin menguat.
Kedua, gerakan modernisme Islam, harus diakui, pada satu sisi identik dengan puritanisme. Sebut saja misalnya tokoh Muhammad bin ‘Abdul Wahhab dengan gerakan Wahhabiyah-nya di Arab Saudi yang kental dengan puritanismenya. Menurut mereka, apa pun yang tidak sesuai dengan ajaran otentik Al-Qur’an dan sunah Nabi, ia dianggap bid’ah dan harus dilenyapkan. Jauh sebelum ini, ada Ibnu Taimiyyah yang mendobrak kebekuan pintu ijtihad.
Ketiga, modernisme selain identik dengan puritanisme, juga banyak dicurigai sebagai agen Barat yang disusupkan ke dunia Islam. Kita kenal, misalnya, jargon modernisme adalah westernisasi (pembaratan).

C. Awal mula berkembangnya Modernisme Islam Indonesia

Ada beberapa orang murid Syaikh Ahmad Khatib di tanah suci pulang ke Minangkabau, yaitu Muhammad Jamil Jambek, Muhammad Thaib Umar, Abdullah Ahmad, dan Abdulkarim Amrullah. Untuk menyebarkan pemikirannya, maka timbul niat di kalangan mereka berempat untuk menerbitkan majalah di Minangkabau yaitu majalah Al-Munir. Majalah ini menjadi majalah modernisasi Islam yang pertama di Indonesia.
Selama lima tahun usianya majalah Al-Munir beredar di seluruh Indonesia, terutama di Sumatera dan Jawa. Artikel-artikel majalah ini mengeritik praktek-praktek keagamaan yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi serta menganjurkan umat Islam menata metode dan sarana pendidikan. Tidaklah mengherankan jika daerah Minangkabau mempelopori sekolah-sekolah agama yang menerapkan sistem kurikulum modern. Pada tahun 1909 Abdullah Ahmad mendirikan Sekolah Adabiyah di Padang, lalu Abdulkarim Amrullah mendirikan Surau Jembatan Besi tahun 1914 di Padang Panjang. Setahun kemudian Padang Panjang juga memiliki Sekolah Diniyah Putri yang didirikan oleh Zainuddin Labai (1890–1924) dan adiknya, Rahmah al-Yunusiyah (1900–1969). Kemudian Surau Jembatan Besi bergabung dengan Surau Parabek, yang didirikan tahun 1908 oleh Ibrahim Musa, menghasilkan sekolah Sumatera Thawalib tahun 1918.

D. Tokoh Dan Organisasi Yang Mengusung Modernisme Dan Reformisme
Adapaun organisasi yang mengembangkan paham modernisme dan reformisme Islam di Indonesia adalah :
a. Masyarakat Arab Jakarta
Semangat modernisasi Islam mengalir pula ke Pulau Jawa. Masyarakat Arab di Jakarta mendirikan organisasi Jam`iyat al-Khair tahun 1901, akan tetapi baru memperoleh izin resmi dari pemerintah Hindia Belanda tanggal 17 Juli 1905. Organisasi ini membangun sekolah-sekolah modern di beberapa kota, dan keanggotaannya terbuka bagi orang-orang Muslim pribumi. Pada tahun 1914 Ahmad Surkati (pendiri dari jam’iyat al-karim) mendirikan organisasi Jam`iyah al-Ishlah wal-Irsyad. Organisasi yang lebih dikenal dengan sebutan Al-Irsyad ini segera berkembang dan memiliki cabang-cabang di Cirebon, Tegal, Pekalongan, Surakarta, Surabaya, dan beberapa kota lainnya di Jawa.
b. Muhammadiyah
Muhammadiyah didirikan oleh Ahmad Dahlan. Sejak remaja Ahmad Dahlan sudah membaca majalah Al-`Urwah al-Wutsqa yang diselundupkan ke Jawa. Pada tahun 1890 Ahmad Dahlan menjadi murid Syaikh Ahmad Khatib di Makkah, dan tahun 1903 dia sengaja ke Makkah lagi untuk bermukim selama dua tahun. Ahmad Dahlan makin akrab dengan gagasan modernisasi Islam, bahkan sempat berkenalan dengan Muhammad Rasyid Ridha. Setelah pulang ke Yogyakarta, Ahmad Dahlan membina hubungan yang baik dengan para tokoh pembaharu di Minangkabau, terutama dengan Abdulkarim Amrullah yang terkenal dengan sebutan “Haji Rasul”.
Pada dasawarsa pertama abad ke-20 di Jawa berdiri tiga organisasi. Selain Jam`iyat al-Khair yang dipelopori masyarakat Arab, tumbuh pula dua organisasi pribumi, yaitu Budi Utomo tahun 1908, serta Sarekat Islam tahun 1911. Ahmad Dahlan menjadi anggota yang aktif dari ketiga organisasi tersebut. Akan tetapi dia merasa perlu mendirikan suatu organisasi yang benar-benar berorientasi kepada gerakan modernisme Islam. Ahmad Dahlan menilai Budi Utomo tidak memperjuangkan Islam, sedangkan Sarekat Islam dilihatnya menjurus ke bidang politik. Dalam suatu pertemuan antara Ahmad Dahlan dan Ahmad Surkati, kedua tokoh ini sepakat untuk berbagi tugas dengan masing-masing mendirikan organisasi: Ahmad Surkati menghimpun masyarakat Arab dan Ahmad Dahlan menghimpun masyarakat pribumi.
Maka pada tanggal 18 November 1912, Ahmad Dahlan mendirikan organisasi yang diberi nama Muhammadiyah, yang berarti “penegak ajaran Nabi Muhammad”. Sejak kelahirannya Muhammadiyah telah menetapkan garis perjuangan (khittah) untuk bergerak di bidang da`wah, sosial, dan pendidikan. Ahmad Dahlan bertujuan memurnikan ajaran Islam dari apa yang disebutnya T.B.C. (tachajoel, bid`ah, choerafat).
Agar kaum wanita terangkat derajatnya, Ahmad Dahlan dan istrinya, Siti Walidah, mendirikan perkumpulan Sopotresno tahun 1914, yang diubah namanya menjadi Aisyiyah pada tahun 1917. Kemudian berdiri pula kepanduan Hizbul Wathan tahun 1918, di samping perkumpulan Siswapraja Wanita dan Siswapraja Pria sebagai wadah anak-anak muda, yang kemudian masing-masing menjadi Nasyi’atul-Aisyiyah tahun 1931 dan Pemuda Muhammadiyah tahun 1932.
c. Persatuan Islam
Pembicaraan mengenai gerakan modernisme Islam tidaklah lengkap apabila kita mengabaikan Persatuan Islam (Persis) yang didirikan di Bandung tanggal 17 September 1923 oleh Kyai Haji Zamzam. Seperti Muhammadiyah dan Al-Irsyad, Persatuan Islam juga menyatakan sebagai penerus gerakan pembaharuan Muhammad Abduh dan Rasyid Ridha.
Tokoh Persatuan Islam yang terkenal adalah Ahmad Hassan. Lahir dan besar di Singapura, Ahmad Hassan sejak remaja sudah mengenal gagasan pembaharuan yang disebarkan majalah Al-Imam. Dia banyak menulis artikel mengenai keharusan umat Islam kembali kepada ajaran Al-Qur’an dan As-Sunnah.
Ahmad Hassan berpendapat bahwa pintu ijtihad harus dibuka dengan cara shock therapy, sehingga umat Islam terbangun dari tidur lelap. Jika Muhammadiyah mengutamakan aksi-aksi sosial melalui sekolah, rumah sakit dan panti asuhan, maka Persatuan Islam mengutamakan da`wah lisan dan tulisan. Pasca wafatnya, Ahmad Hassan banyak meninggalkan karya berupa buku-buku yang sampai kini terus dicetak ulang, misalnya Tafsir Al-Furqan, Pengajaran Shalat dan terjemahan Bulughul-Maram.
d. Nurcholish Madjid
Salah Tokoh yang menjadi pencetus paham modernisme Islam di Indoensia ialah Nurcholish Madjid. Pada 1970, Nurcholish Madjid telah menggemparkan rakyat Indonesia dengan pemikiran serta pembaharuan yang hendak ditonjolkan. Beliau berpendapat bahwa harus ada pembaruan dalam pemikiran Islam Modernis di Indonesia. Beliau telah mengupas dengan terbuka permasalahan tentang ‘sekularisasi’, ‘desaklarisasi’, ‘liberalisme’ dan ‘sosialisme’.















BAB III
PENUTUP
Islam di Indonesia merupakan populasi Islam terbesar di dunia. Sebanyak 90% penganut Islam di Indonesia dan ini merupakan jumlah sebanyak 180 juta orang Islam di Indonesia secara keseluruhannya. Jadi dapat disimpulkan dengan populasi sebanyak itu ada beberapa pemikiran yang berkembang di Indonesia sangatlah dapat dipahami.
Dari munculnya pertama kali di Minangkabau hingga sekarang, modernisme atau reformisme Islam sangat pesat perkembangannya, walapaun tidak dapat disangkal bahwa di sisi lain, gerakan tradisional juga masih mengakar kuat di tubuh muslim Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

H. Anshory Irfan Drs, artikel pada majalah suara Muhammadiyah
Barton Greg (1999). Gagasan Islam Liberal Di Indonesia. Jakarta: ParamadinaInteligensia
Latif Yudi (2005). Muslim dan kuasa : Genealogi Inteligensia Muslim Indonesia abad ke-20, PT mizan pustaka
Dr. Abdullah Haji Rahman Abdul. Pemikiran Islam di Malaysia: Sejarah dan Aliran. Gema Insani Press
Drs. Amir Aziz Ahmad, MAg (1999). Neo-Modernisme Islam Di Indonesia, Jakarta Rineka Cipta.

Tidak ada komentar: