Selamat datang kawan di blogku yang sederhana ini, jangan lupa follow blogku ya biar persaudaraan kita tidak terputus. Terima kasih kawan atas kunjungannya, semoga bermanfaat.

Sabtu, 05 Februari 2011

Sekularisme Di Turki

BAB I

PENDAHULUAN

Sekularisme dalam penggunaan masa kini secara garis besar adalah sebuah ideologi yang menyatakan bahwa sebuah institusi atau badan harus berdiri terpisah dari agama atau kepercayaan. Sekularisme dapat menunjang kebebasan beragama dan kebebasan dari pemaksaan kepercayaan dengan menyediakan sebuah rangka yang netral dalam masalah kepercayaan serta tidak menganakemaskan sebuah agama tertentu.

Sekularisme juga merujuk ke pada anggapan bahwa aktivitas dan penentuan manusia, terutamanya yang politis, harus didasarkan pada apa yang dianggap sebagai bukti konkret dan fakta, dan bukan berdasarkan pengaruh keagamaan.

Tujuan dan argumen yang mendukung sekularisme beragam. dalam Laisisme Eropa, di usulkan bahwa sekularisme adalah gerakan menuju modernisasi dan menjauh dari nilai-nilai keagamaan tradisional. Tipe sekularisme ini, pada tingkat sosial dan filsafats seringkali terjadi selagi masih memelihara gereja negara yang resmi, atau dukungan kenegaraan lainnya terhadap agama.

BAB II

PEMBAHSAN

Tinjauan Umum

Istilah sekularisme pertama kali digunakan oleh penulis Inggris George Holoyake pada tahun 1846. Walaupun istilah yang digunakannya adalah baru, konsep kebebasan berpikir yang darinya sekularisme didasarkan, telah ada sepanjang sejarah. Ide-ide sekular yang menyangkut pemisahan filsafat dan agama dapat dirunut baik ke Ibnu Rushdi dan aliran filsafat Averoisme. Holyoake menggunakan istilah sekularisme untuk menjelaskan pandangannya yang mendukung tatanan sosial terpisah dari agama, tanpa merendahkan atau mengkritik sebuah kepercayaan beragama. Sebagai seorang agnostik, Holyoake berpendapat bahwa "sekularisme bukanlah argumen melawan Kekristenan namun terpisah dari itu. Sekularisme tidak mengatakan bahwa tidak ada tuntunan atau penerangan dari ideologi lain, namun memelihara bahwa ada penerangan dan tuntunan di dalam kebenaran sekular, yang kondisi dan sanksinya berdiri secara mandiri dan berlaku selamanya. Pengetahuan sekular adalah pengetahuan yang didirikan di dalam hidup ini, berhubungan dengan hidup ini, membantu tercapainya kesejahteraan di dunia ini, dan dapat diuji oleh pengalaman di dunia ini."

Barry Kosmin dari Institut Pengkajian sekularisme di dalam Masyarakat dan Budaya membagi sekularisme mutakhir menjadi dua jenis, sekularisme keras dan lunak. Menurutnya, "sekularis keras menganggap pernyataan keagaaman tidak mempunyai legitimasi secara epistemologi dan tidak dijamin baik oleh agama dan pengalaman." Namun, dalam pandangan sekularisme lunak, "pencapaian kebenaran mutlak adalah mustahil dan oleh karena itu, toleransi dan skeptisme harus menjadi prinsip dan nilai yang dijunjung dalam diskusi antara ilmu pengetahuan dan agama.

Sekularisme dalam kehidupan bernegara

Dalam istilah politik, sekularisme adalah pergerakan menuju pemisahan antara agama dan pemerintahan. Hal ini dapat berupa hal seperti mengurangi keterikatan antara pemerintahan dan agama negara, mengantikan hukum keagamaan dengan hukum sipil, dan menghilangkan pembedaan yang tidak adil dengan dasar agama. Hal ini dikatakan menunjang demokrasi dengan melindungi hak-hak kalangan beragama minoritas.

Sekularisme, seringkali di kaitkan dengan Era Pencerahan di Eropa, dan memainkan peranan utama dalam perdaban barat. Prinsip utama Pemisahan gereja dan negara di Amerika Serikat, dan Laisisme di Perancis, didasarkan dari sekularisme.

Kebanyakan agama menerima hukum-hukum utama dari masyarakat yang demokratis namun mungkin masih akan mencoba untuk mempengaruhi keputusan politik, meraih sebuah keistimewaan khusus atau. Aliran agama yang lebih fundamentalis menentang sekularisme. Penentangan yang paling kentara muncul dari Kristen Fundamentalis dan juga Islam Fundamentalis. Pada saat yang sama dukungan akan sekularisme datang dari minoritas keagamaan yang memandang sekularisme politik dalam pemerintahan sebagai hal yang penting untuk menjaga persamaan hak.

Negara-negara yang umumnya dikenal sebagai sekular diantaranya adalah Kanada, India, Perancis, Turki, dan Korea Selatan, walaupun tidak ada dari negara ini yang bentuk pemerintahannya sama satu dengan yang lainnya.

Masyarakat Sekular

Dalam kajian keagamaan, masyarakat dunia barat pada umumnya di anggap sebagai sekular. Hal ini di karenakan kebebasan beragama yang hampir penuh tanpa sangsi legal atau sosial, dan juga karena kepercayaan umum bahwa agama tidak menentukan keputusan politis. Tentu saja, pandangan moral yang muncul dari tradisi kegamaan tetap penting di dalam sebagian dari negara-negara ini.

Sekularisme juga dapat berarti ideologi sosial. Di sini kepercayaan keagamaan atau supranatural tidak dianggap sebagai kunci penting dalam memahami dunia, dan oleh karena itu di pisahkan dari masalah-masalah pemerintahan dan pengambilan keputusan.

Sekularisme tidak dengan sendirinya adalah Ateisme, banyak para Sekularis adalah seorang yang religius dan para Ateis yang menerima pengaruh dari agama dalam pemerintahan atau masyarakat. Sekularime adalah komponen penting dalam ideologi Humanisme Sekular.

Beberapa masyarakat menjadi semakin sekular secara alamiah sebagai akibat dari proses sosial alih-alih karena pengaruh gerakan sekular, hal seperti ini dikenal sebagai Sekularisasi

Alasan-alasan pendukungan dan penentangan sekularisme

Pendukung sekularisme menyatakan bahwa meningkatnya pengaruh sekularisme dan menurunnya pengaruh agama di dalam negara tersekularisasi adalah hasil yang tak terelakan dari Pencerahan yang karenanya orang-orang mulai beralih kepada ilmu pengetahuan dan rasionalisme dan menjaduh dari agama dan takhyul.

Penentang sekularisme melihat pandangan diatas sebagai arrogan, mereka membantah bahwa pemerintaan sekular menciptakan lebih banyak masalah dari paa menyelesaikannya, dan bahwa pemerintahan dengan etos keagamaan adalah lebih baik. Penentang dari golongan Kristiani juga menunjukan bahwa negara Kristen dapat memberi lebih banyak kebebasan beragama daripada yang sekular. Seperti contohnya, mereka menukil Norwegia, Islandia, Finlandia, dan Denmark, yang kesemuanya mempunyai hubungan konstitusional antara gereja dengan negara namun mereka juga dikenal lebih progresif dan liberal dibandingkan negara tanpa hubungan seperti itu. Seperti contohnya, Islandia adalah termasuk dari negara-negara pertama yang melegal kan aborsi, dan pemerintahan Finlandia menyediakan dana untuk pembangunan masjid.

Namun pendukung dari sekularisme juga menunjukan bahwa negara-negara Skandinavia terlepas dari hubungan pemerintahannya dengan agama, secara sosial adalah termasuk negara yang palng sekular di dunia, ditunjukkan dengan rendahnya persentase mereka yang menjunjung kepercayaan beragama.

Komentator modern mengkritik sekularisme dengan mengacaukannya sebagai sebuah ideologi anti-agama, ateis, atau bahkan satanis. Kata Sekularisme itu sendiri biasanya dimengerti secara peyoratif oleh kalangan konservatif. Walaupun tujuan utama dari negara sekular adalah untuk mencapai kenetralan di dalam agama, beberapa membantah bahwa hal ini juga menekan agama.

Beberapa filsafat politik seperti Marxisme, biasanya mendukung bahwasanya pengaruh agama di dalam negara dan masyarakat adalahhal yang negatif. Di dalam negara yang mempunyai kpercayaan seperti itu (seperti negara Blok Komunis), institusi keagamaan menjadi subjek dibawah negara sekular. Kebebasan untuk beribadah dihalang-halangi dan dibatasi, dan ajaran gereja juga diawasi agar selalu sejakan dengan hukum sekular atau bahkan filsafat umum yang resmi. Dalam demokrasi barat, diakui bahwa kebijakan seperti ini melanggar kebebasan beragama.

Beberapa sekularis menginginkan negara mendorong majunya agama (seperti pembebasan dari pajak, atau menyediakan dana untuk pendidikan dan pendermaan) tapi bersikeras agar negara tidak menetapkan sebuah agama sebagai agama negara, mewajibkan ketaatan beragama atau melegislasikan akaid. Pada masalah pajak Liberalisme klasik menyatakan bahwa negara tidak dapat "membebaskan" institusi beragama dari pajak karena pada dasarnya negara tidak mempunyai kewenangan untuk memajak atau mengatu agama. Hal ini mencerminkan pandangan bahwa kewenangan duniawi dan kewenangan beragama bekerja pada ranahnya sendiri- sendiri dan ketka mereka tumpang tindih seperti dalam isu nilai moral, kedua- duanya tidak boleh mengambil kewenangan namun hendaknya menawarkan sebuah kerangka yang dengannya masyarakat dapat bekerja tanpa menundukkan agama di bawah negara atau sebaliknya.[1]

Sekularisme, yang menjadi akar sebab perubahan-perubahan radikal dalam sistem perundangan Turki, telah merupakan soal yang menimbulkan pertentangan terutama di antara ahli-ahli hokum Turki, karena sekularisme itu memperoleh dukungan dari Revolusi Turki dan dilaksanakan dengan paksa. Pandangan yang berbeda dilahirkan membahas tentang arti arti dan penerapan sekularisme itu. Pandangan yang umum di antara pendukung-pendukung sekularisme rupa-rupanya tumbuh di sekitar tema bahwa Revolusi Tidak melakukan perang terhadap Islam. Serangan itu ditunjukan kepada orang-orang yang menerangkan kepercayaan-kepercayaan yang salah sebagai kepercayaan-kepercayaan Islam dan menganggap orang-orang menolak mereka sebagai tidak beragama. Dengan perkataan lain, tujuan Revolusi Turki adalah untuk mengakhiri pemerasan agama oleh orang-orang reaksioner dan ajaran agama dari Medrese.

Menurut Profesor Bulen Daver, tujuan sekularisme adalah untuk menciptakan suatu masyarakat Turki dalam sistem Negara yang didasarkan kepada akal, realitas, pengalaman dan kebesaran. Cirri sekular dari Revolusi Turki tergambar pada pengekangan terhadap hokum dan pendidikan. Usaha untuk menciptakan tatanan sosial yang modern dapat memberikan nilai yang positif terhadap prinsip-prinsip Islam. Sekularisme pendidikan hanya memenuhi kebutuhan yang sudah lama dirasakan.[2]

Pandangan dari orang-orang yang menentang sekularisme adalah demikian banyaknya, hingga literature anti sekularisme telah berkembang luas di Turki pada akhir-akhir ini dan rasa-rasanya tidaklah mungkin untuk membahas secara terperinci di sini.[3]

Pandangan umum dari orang-orang yang menganjurkan pem-Barat-an secara penuh dapat diringkas sebagai berikut.

Pem-Barat-an adalah merupakan suatu keharusan bagi Turki. Itu melibatkan perubahan yang harus dilaksanakan dalam kebudayaan. Gerakan it uterus terlanjur sejak dari zaman Tanzimat hingga dewasa ini. Adalah mustahil untuk membalik proses ini. Yang dimaksud dengan Barat adalah suatu corak pikiran dan jiwa tertentu. Ia diwakili oleh peradaban yang ada. Timur memiliki cirinya sendiri yang memperhamba manusia dan menghancurkan kreatifitas inteleknya. Tidak ada kebebasan manusia di Timur. Ia dikuasai oleh kegelapan. Dalam analisis terakhir, Timur terpaksa untuk bergerak maju ke arah Barat.

Pem-Barat-an tidak berarti mencontok Barat secara keseluruhan. Revolusi Turki telah membuka jalan kepada saint Barat, filsafat, mental, dan pandangan hidup. Reaksi berarti suatu corak pemikiran atau gerakan yang terbukti merupakan halangan reformasi yang telah dimulai oleh Revolusi Turki. Pem-Barat-an dalam kehidupan politik berarti menjadi masyarakat terbuka. Satu-satunya jalan untuk mencapai tujuan ini adalah perlindungan dari fanatisme dan tradisi. Ini menjadikan masyarakat itu bebas dan secular. Ini sebabnya sekularisme menjadi prinsip dasar bagi Revolusi Turki. Bangsa Turki mempunyai kemampuan membentuk masyarakat yang demikian itu. Perubahan dari pemerintah satu partai kepada sistem banyak partai merupakan contok yang baik.

Beberapa pemimpin konservatif menganjurkan adanya sistematis antara peradaban Barat dan Timur. Mereka menganjurkan bahwa nilai-nilai kebudayaan Turki harus tetap dipelihara dalam program pem-Barat-an.

Pandangan bahwa Turki harus tetap mempertahankan identitas kebudayaannya, rupa-rupanya memperoleh dukungan besar pada tahun-tahun akhir-akhir ini, baik di antara kaum pem-Barat-an maupun dikalangan kaum konservativ. Kecendrungan untuk menunjukan bahwa nilai-nilai Islam sedang memperoleh perhatian, karena Islam merupakan dasar yang asasi bagi kebudayaan Turki dan kebangsaan.[4]

BAB III

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

Ali, A. Mukti, Islam dan Sekularisme di Turki Modern, Jakarta: 1994

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekularisme



[1] http://id.wikipedia.org/wiki/Sekularisme.

[2] H.A. Mukti Ali. Islam dan Sekularisme di Turki Modern. Hlm 131-132

[3] Ibid. hlm. 133

[4] Ibid. hlm. 137-143

Tidak ada komentar: